Rabu, 29 Maret 2017

Tentang Berpikir Deduktif



BERPIKIR DEDUKTIF

A.   Pengertian berpikir deduktif
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang ditangkap atau diambil dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup yang konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

B.   Pengertian dan Jenis-jenis Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis silogisme:
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
jadi, Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum silogisme kategorial:
1)      Apabila salah satu premis bersifat particular, maka kesimpulan harus particular juga.
Contoh:
Semua yang halal dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
jadi, Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).

2)      Apabila salah satu premis bersifat negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
jadi, Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).

3)      Apabila kedua premis bersifat particular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).

4)      Apabila kedua premis bersifat negatif, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).

Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

5)      Apabila term penengah dari suatu premis tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin saja binatang melata.

6)      Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
jadi, Kambing bukan binatang ?

7)      Term penengah harus bermakna sama, baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
jadi, Januari bersinar dilangit?

8)      Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklusinya.
Contoh:           
Kucing adalah binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)

Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya

Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1)      Silogisme harus terdiri dari 3 term, yaitu term mayor, term minor, dan term kesimpulan.
2)      Silogisme terdiri dari 3 proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3)      Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
4)      Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
5)      Dari premis yang positif, akan menghasilkan simpulan yang positif.
6)      Dari 2 premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7)      Bila salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8)      Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

2.      Silogisme Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik.
Ada 4 macam silogisme hipotesis, yaitu:
1)      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak (mayor)
Sekarang hujan (minor)
Saya naik becak (konklusi)

2)      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor)
Sekarang bumi telah basah (minor)
Jadi, hujan telah turun (konklusi)

3)      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa
Jadi, kegelisahan tidak akan timbul

4)      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari konsekuennya.
Contoh:
Jika mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalanan

3.      Silogisme alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berupa proposisi alternatif. Proporsi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Andi berada di Surabaya atau Semarang.
Andi berada di Surabaya.
Jadi, Andi tidak berada di Semarang.



DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar