BERPIKIR DEDUKTIF
A. Pengertian
berpikir deduktif
Deduksi
berasal dari bahasa Inggris deduction yang
berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang
khusus dari yang umum. Deduksi adalah cara berpikir yang ditangkap atau diambil
dari pernyataan yang bersifat umum lalu ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir yang dinamakan silogismus.
Metode
berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Contoh:
masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup yang konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda
status sosial.
B. Pengertian
dan Jenis-jenis Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis
silogisme:
1.
Silogisme
Kategorial
Silogisme Kategorial adalah silogisme
yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung
silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis
mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang
termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut
adalah term penengah (middle term).
Contoh:
Semua tumbuhan
membutuhkan air. (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
jadi, Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Akasia adalah tumbuhan (premis minor).
jadi, Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum silogisme kategorial:
1)
Apabila salah satu premis bersifat
particular, maka kesimpulan harus particular juga.
Contoh:
Semua yang halal
dimakan menyehatkan (mayor).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
jadi, Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
Sebagian makanan tidak menyehatkan (minor).
jadi, Sebagian makanan tidak halal dimakan (konklusi).
2)
Apabila salah satu premis bersifat
negatif, maka kesimpulannya harus negatif juga.
Contoh:
Semua korupsi tidak
disenangi (mayor).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
jadi, Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
Sebagian pejabat korupsi (minor).
jadi, Sebagian pejabat tidak disenangi (konklusi).
3)
Apabila kedua premis bersifat
particular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Beberapa politikus
tidak jujur (premis 1).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Bambang adalah politikus (premis 2).
Kedua
premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika dibuat kesimpulan, maka
kesimpulannya hanya bersifat kemungkinan (bukan kepastian). Bambang mungkin
tidak jujur (konklusi).
4)
Apabila kedua premis bersifat negatif,
maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata
rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil
jika salah satu premisnya positif.
Contoh:
Kerbau bukan bunga
mawar (premis 1).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kucing bukan bunga mawar (premis 2).
Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
5)
Apabila term penengah dari suatu premis
tidak tentu, maka tidak akan sah diambil kesimpulan.
Contoh:
Semua ikan berdarah
dingin. Binatang ini berdarah dingin. Maka, binatang ini adalah ikan? Mungkin
saja binatang melata.
6)
Term-predikat dalam kesimpulan harus
konsisten dengan term redikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten,
maka kesimpulannya akan salah.
Contoh:
Kerbau adalah
binatang.(premis 1)
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
jadi, Kambing bukan binatang ?
Kambing bukan kerbau.(premis 2)
jadi, Kambing bukan binatang ?
7)
Term penengah harus bermakna sama, baik
dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda
kesimpulan menjadi lain.
Contoh:
Bulan itu bersinar di
langit.(mayor)
Januari adalah bulan.(minor)
jadi, Januari bersinar dilangit?
Januari adalah bulan.(minor)
jadi, Januari bersinar dilangit?
8)
Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu
term subjek, predikat, dan term, tidak bisa diturunkan konklusinya.
Contoh:
Kucing adalah
binatang.(premis 1)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Domba adalah binatang.(premis 2)
Beringin adalah tumbuhan.(premis3)
Sawo adalah tumbuhan.(premis4)
Dari
premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya
Aturan umum silogisme kategorial, yaitu:
1)
Silogisme harus terdiri dari 3 term,
yaitu term mayor, term minor, dan term kesimpulan.
2)
Silogisme terdiri dari 3 proposisi,
yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3)
Dua premis yang negatif tidak dapat
menghasilkan kesimpulan.
4)
Bila salah satu premisnya negatif,
simpulan pasti negatif.
5)
Dari premis yang positif, akan
menghasilkan simpulan yang positif.
6)
Dari 2 premis yang khusus tidak dapat
ditarik satu simpulan.
7)
Bila salah satu premisnya khusus,
simpulan akan bersifat khusus.
8)
Dari premis mayor yang khusus dan
premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2.
Silogisme
Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah argumen
yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya
adalah proposisi katagorik.
Ada 4 macam silogisme
hipotesis, yaitu:
1)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh:
Jika hujan saya naik becak (mayor)
Sekarang hujan (minor)
Saya naik becak (konklusi)
2)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya.
Contoh:
Jika hujan, bumi akan basah (mayor)
Sekarang bumi telah basah (minor)
Jadi, hujan telah turun (konklusi)
3)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan
timbul
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa
Jadi, kegelisahan tidak akan timbul
4)
Silogisme
hipotetik yang premis minornya mengingkari konsekuennya.
Contoh:
Jika mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi, mahasiswa tidak turun ke jalanan
3.
Silogisme
alternatif
Silogisme alternatif adalah
silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berupa proposisi alternatif.
Proporsi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu
alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Andi berada di Surabaya atau Semarang.
Andi berada di Surabaya.
Jadi,
Andi tidak berada di Semarang.
DAFTAR PUSTAKA